Hallo...,
destri's Blog Readers
Pada kali ini, saya akan melanjutkan tulisan saya mengenai "Menjadi seorang ibu, harus dari wanita yang Cerdas. Part 2".
Pada tulisan saya sebelumnya dengan judul yang sama, saya ingin menjelaskan bahwa semua wanita yang telah menjadi ibu dengan latar pendidikan formal yang kurang, bukan berarti anda semua (Ibu-Ibu) tidak cerdas, karena kepintaran seseorang bukan hanya dari pendidikan formal. Pendidikan Non Formal pun sangat berpengaruh terhadap perilaku wanita yang akan menjadi seorang ibu. Seperti pergaulan dengan teman sebaya di rumah maupun kantor, atau teman sekolah, dan juga teman yang tidak sebaya dengan anda.
Kembali kepada pentingnya kecerdasan seorang wanita, karena waktu dan seseorang yang menurut saya sangat tepat untuk lebih memberikan arahan dalam hidup seorang anak adalah Ibu.
Mengapa saya katakana itu?
Bagaimana dengan Ayah?
Sosok seorang ayah bukan berarti tidak mmberikan arahan dalam pertumbuhan anaknya, namun tidak dipungkiri bahwa di wilayah Asia Tenggara khususnya di Indonesia, sistem Patriarki masih dirasakan. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.[1]. Dalam keluarga, sosok seorang ayah lebih pada proses keberlangsungan keluarga dalam keamanan, pengambil keputusan, dan penyeimbang ekonomi keuarga. Meski di zaman ini, apresiasi wanita cukup tinggi di keluarga namun seorang lelaki masih memiliki satu tingkat lebih tinggi dari wanita.
Ibu boleh berkarir, namun wanita juga harus fokus pada pertumbuhan anak dalm segala aspek. Ibu dan ayah yang berkerja dan menggunakan tenaga orang lain untuk membantu dalam pegasuhan anak (babysitter atau keluarga lain) bias mempengaruhi perkembangan moral dan kecerdasan seorang anak. Tapi, sekali lagi saya bukan menyalahkan seorang ibu yang bekerja, karena itu kembali lagi pada pembagian waktu ibu terhadap anak dan karir (cerdas).
Kecerdasan ibu dapat diturunkan ?
Tentu bisa, bila ibu intensif mengajarkan kepada anak-anak dengan cara yang disukai oleh anak-anak. Maka, anak-anak pun mendapatkan pengajaran yang cukup dari seorang ibu.
Nasihat dan ajaran yang diberikan seorang ibu kepada anak laki-laki atau perempuan sama manfaatnya.
Seorang anak laki-laki yang cukup mendapatkan nasihat dan ajaran dari ibunya, baik pengajaran ilmu formal, ilmu non formal, dan agama akan menghasilkan lelaki hebat nantinya.
Sebagai contoh, anak laki-laki yang ditanamkan rasa tanggung jawab dari hal yang kecil oleh ibunya, seperti tidak menyalahkan orang lain pada masalah yang dihadapinya seperti:
- Terjatuh sendiri dari sepedanya, dan ibu berkata "Aduh.., nakalnya sepedanya? Sudah ya, jangan nangis, sudah ibu pukul sepedanya", dan seketika anak laki-laki tersebut terdiam (karena merasa, dia tidak bersalah dan mendapatkan pembelaan dari ibunya terhadap sepedanya dinaikinya).
Hal tersebut, tanpa ibu sadari telah mengajarkan anak untuk menyalahkan orang atau benda lain dalam masalahnya sendiri. Apabila hal tersbut sering dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya tanpa pengawasan ibu atau tanpa informasi yang terlebih dahulu ibu sampaikan kepada orang di sekitar anak-anak kita. Maka, kemungkinan anak laki-laki kita akan selalu menyalahkan orang lain dalam setiap permasalahan yang dia lakukan. Hal seperti itu, ada baiknya ibu cepat memberikan nasihat dan arahan kepada anak anda, pastinya dengan cara yang sesuai dengan karakter anak anda.
Jadi, ada baiknya ibu berkata seperti ini saat anak terjatuh dari sepedanya.
- Anak terjatuh dari sepedanya sendiri, dan ia menangis.
- Baiknya ibu bekata, " Sudah jangan menangis, bangun dan sini ibu lihat apa ada yang luka?"
- Bila anak terus menangis, baiknya ibu memberi nasihat "Mengapa masih menangis, lukanya tidak parah kok?, lain kali kamu harus lebih hati-hati bila bermain sepeda, perhatikan jalanan dan orang yang ada di sekitarmu. Agar kamu tidak menginjak batu dan tidak melukai orang lain,"
- Lalu berikan ia pujian, "kan anak laki-laki ibu hebat dan kuat, malu diliatin anak perempuan cantik"
Bagaiman degan contoh di atas Ibu Cerdas?
Pasti banyak dari ibu-ibu juga sudah sadar dan melakukan hal tersebut sebelumnya, tapi bagi ibu-ibu yang belum sadar dengan perkataan kita terhadap anak-anak. Ada baiknya diperbaiki ya Ibu cantik.
Sampai disini dul tulisan saya, saya akan melanjutkannya di lain waktu.
Thanks for reading.
Regard,
destri Guniran
t : @desriguniran
ig : @destri_guniran
Bressler, Charles E. Literary Criticism: An Introduction to Theory and Practice 4th-ed. Pearson Education, Inc. 2007. ISBN-13: 978-0-13-153448-3